" LELAKI BERKALUNG SELENDANG PENDULANG RUPIAH "
Gerakan
tubuhnya gemulai. Tangannya lincah
bergantian menyibak selendang yang melingkar di leher. Kaki dan
lenggak-lenggok kepalanya bergerak seiring dengan irama musik tradisional yang
keluar dari sound sistem yang teronggok di pojok ruangan. Alunannya menghipnotis sosok itu. Adalah alunan musik
terbuat dari bambu yang berpadu
dengan gambang, dhendhem, kenong, kendang
dan gong. Ya, Calung Banyumasan !
Sosok itu
adalah Jupe Alexa, begitu ia dikenal. Dia
bukan perempuan, melainkan seorang laki – laki. Lahir tiga puluh empat tahun
yang lalu dengan nama Yuli Supriyono di kota Cilacap provinsi
Jawa Tengah. Anak pertama dari empat bersaudara itu tinggal di sebuah rumah
di perkampungan bernama Desa Karangkandri , sekitar lima belas kilometer dari
pusat kota.
Saat usianya
28 tahun ibunya meninggal.
Ia tinggal dengan ayahnya dan seorang adik perempuan yang beranjak dewasa. Satu adiknya telah menikah dan tinggal di luar
kota, sedangkan adik lainnya telah meninggal dunia. Jupe, begitu ia dipanggil, lebih sering di rumah. Tak
heran kalau dalam keseharian, ia kerap melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
mencuci, menyapu, bahkan memasak. Ia tak peduli apa kata orang tentang dirinya.
Terlebih, ia adalah seorang Penari Calung atau biasa disebut Lengger.
Sejak lulus
kuliah tahun 2014 dari ISI Surakarta jurusan Seni Tari, ia sering mendapat panggilan menari di kampung atau
acara tertentu tingkat kabupaten. Tetapi itu tak bisa menjadi andalan penghasilan.
Secara ekonomi, ia kepayahan. Jupe bingung dengan hidupnya. Ya, meskipun
memiliki kesibukan sebagai pengisi tari dalam berbagai acara, meltih menari di sekolah-sekolah atau kegiatan sosial lainnya, namun itu
tak menjamin hidupnya menjadi lebih baik
secara eknomi. Ia gamang menatap masa
depan.
Ketika tahun 2015 ia rela turun
ke jalan mengamen. Berjalan dari rumah – ke rumah,
menyambangi orang – orang di perkampungan, di tempat wisata atau tempat
keramaian lain. Ia menari dan bernyanyi
untuk sekedar mendapatkan uang receh. Ia merancang sendiri alat musik yang ia gunakan.
Yaitu microphone yang disambungkan pada sound system kecil yang diberi
selempang yang berfumgsi seperti tas agar
bisa dibawa kemanapun. Ia hilangkan rasa malu. Yang ada, rasa percaya diri atas
keyakinannya pada doa, cita-cita dan harapan.
Kala itu ia
berkeinginan memiliki sebuah tempat berlatih calung. Terlebih di tengah kemajuan zaman yang semakin modern,
kesenian calung termarginalkan. Apalagi
melihat anak - anak muda saat ini, mereka lebih menyukai tarian modern. Ditambah
dengan hadirnya platform – platform media sosial yang bertebaran di internet
yang lebih mengenalkan musik dan tarian modern, ini membuatnya khawatir akan keberlangsungan
calung, yang notabene adalah musik rakyat yang cablaka dan pinggiran akan semakin
tersingkir. Ia ingin memilik sebuah sanggar.
Ia lalu mencoba
membuat sanggar tari bernama Sanggar Priambodo pada tahun 2016. Namun sulit
berkembang. Ia tetap saja kebingungan
memperkuat ekonomi. Berkat informasi dari seorang teman, ia kemudian
memberanikan diri mengajukan pinjaman KUR kepada Bank Rakyat Indonesia pada
tahun 2021. Ia mendapat pinjaman sebesar Rp.25.000.000,- Uang itu ia gunakan untuk memperbaiki sanggar
dan membuka jasa kecantikan berupa pijat dan spa. Bahkan di tahun 2023 ini
berkembang dengan membuka warung mini atau kantin sanggar.
Sanggar
Priambodo, di ruangan itu terdapat berbagai hiasan seni. Di dinding sisi kiri saat masuk ruangan,
terdapat pajangan pigura piagam – piagam penghargaan yang ia raih dari prestasi
maupun kerjasama dengan berbagai kalangan atau dinas /instansi. Sanggar Priambodo
juga beberapa kali mengadakan kegiatan seperti Pemilihan Duta Lingkungan beberapa tahun yang lalu. Kini, sanggar itu memiliki beberapa anak asuh
dan alumni yang siap melenggang di ajang nasional maupun internasional. Ia memiliki
sebuah grup calung profesional yang siap mendapat undangan menari kapanpun.
Ia berterimakasih
khususnya kepada Bank Rakyat Indonesia yang telah membantu
meningkatkan ekonomi yang berkelanjutan bagi hidupnya. Ia bangga dengan apa
yang telah dilakukan. Sanggar Priambodo menghapus kegamangan sekaligus memberinya
nafas kehidupan dan harapan yang kian cemerlang.
Peralatan Hias
Hiasan dinding Kantin 2
Cablaka –Ngapak/
Basa Panginyongan
--------------------------------------0---------------------------------
Kategori : Non Fiksi
Genre : Feature
Tema : Humanisme
Judul : Lelaki Berkalung Selendang
Pendulang Rupiah
Penulis : Yuli Misgiyati
Bentuk : Karya Tulis
@BRIWRITE2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar